Bicara Mengandung (Pregnant) dan Perempuan Sesungguhnya
- Mutia Rabbani
- Apr 3, 2018
- 1 min read

Aku dan Ibu Hamil satu ini berpose ala sosialita. Nyonya ramping ini sedang "isi", sedangkan aku hanya buncit dan tak rata. Aku dan Ibu Hamil satu ini sama sama perempuan sesungguhnya. Walau aku belum lewati proses khitbah, walimah, dan sebagainya. Aku dan logika ku berpikir keras. Opini "Gue udah nikah, gue udah jadi perempuan sesungguhnya," dan "Gue udah hamil, gue udah jadi perempuan sesungguhnya,". Aku dan perempuan lain yang belum bisa, belum mau, belum diberi kesempatan, dan tidak mau untuk menikah atau hamil atau punya anak; bagaimana? Kita hanya abu dari banyaknya perempuan lain kah? Aku dan mulutku nyinyir. "Ah bisa bisa nya kamu saja. Manfaatkan ungkapan 'keliru' yang kepalang menjamur,".

Aku dan hatiku yang sakit ini berpendapat begini. Kamu bisa saja tak dianggap 'sesungguhnya' karena lewati persalinan normal. "Anda normal. Saya caesar. Rasanya lebih sakit dan berkelanjutan. Saya lebih 'sesungguhnya' dibanding Anda," Aku dan menurut ego ku. Perempuan Sesungguhnya adalah "Perempuan yang mengaku Perempuan". Ini jauh lebih adil. Terlepas bagaimana penampilannya. Terlepas dari apa keputusannya. Terlepas bagaimana prosesnya. Itu menurutku. Aku yang terintimidasi dengan pendapat kaku. Apa pendapatmu?
Commentaires